/**/

Thursday, November 3, 2011

Russian Is Convicted by U.S. Court in Arms Trafficking


Viktor Bout, a former Soviet Air Force officer who became known as the “Merchant of Death” for running what American officials have described as an international arms trafficking network, was found guilty on Wednesday of conspiring to sell antiaircraft missiles and other weapons to men he believed were members of the Revolutionary Armed Forces of Colombia.


The verdict, in Federal District Court in Manhattan, was a rather prosaic end to nearly two decades spent in the margins of international terrorism and espionage; Mr. Bout has been accused of furnishing weapons to Al Qaeda and the Taliban and into civil wars in Africa, and was reputed to have a grasp on present-day Russian intelligence. His legend even inspired the 2005 film “Lord of War,” starring Nicolas Cage.
Even Mr. Bout’s arrest and extradition were theatrical: he was taken into custody in Bangkok in March 2008 after getting ensnared in a foreign sting operation run by the Drug Enforcement Administration; his extradition to the United States, which Russian officials strenuously opposed, took more than two and a half years.
But the trial, presided over by Judge Shira A. Scheindlin, took only three weeks, nearly all of it spent by prosecutors in making their case. Mr. Bout’s lawyer did not present any witnesses; the jury took less than two days to find Mr. Bout guilty of all four charges against him.
Mr. Bout, 44, faces a sentence of up to life in prison for conspiring to kill United States citizens, officers and employees by agreeing to sell weapons to drug enforcement informants who he believed were members of the Colombian terrorist organization known as the FARC; and for conspiring to acquire and export surface-to-air antiaircraft missiles, a conviction that carries a mandatory minimum of 25 years in prison.
Mr. Bout also faces a maximum of 15 years for conspiring to provide material support or resources in the form of weapons to a foreign terrorist organization. His sentencing is scheduled for Feb. 8.
The jury found that Mr. Bout believed that the men he and his associates had been communicating with for months were, as the prosecution stressed, “waging war” against the Colombian government and its American collaborators. In fact, the men who Mr. Bout and his former associate, Andrew Smulian, had been orchestrating a deal with were undercover Drug Enforcement Administration informants.
In the government’s final rebuttal of the defense’s closing argument, Brendan R. McGuire, a prosecutor, cited e-mail exchanges, text messages and recorded telephone conversations among Mr. Bout, Mr. Smulian and other associates, as well as Mr. Bout’s own Internet research into the FARC prior to his meeting with the informants in a Sofitel hotel in Bangkok, in March 2008.
Since his extradition, Mr. Bout has been held at the Metropolitan Correctional Center in Manhattan.
“We are very disappointed about this verdict,” Mr. Bout’s lawyer, Albert Y. Dayan, said upon exiting the courthouse. “This is definitely not the end of the process for us,” he said, indicating that further legal actions were forthcoming.
Mr. Dayan said that Mr. Bout “believes that this is not the end,” and that they maintain that he was wrongfully accused.
Mr. McGuire told jurors that the evidence against Mr. Bout had been “overwhelming” and suggested that Mr. Bout’s lawyer had repeatedly tried to mold the truth in Mr. Bout’s favor.
Mr. Dayan had painted his client as an innocent and financially troubled businessman caught up in a desperate charade to sell nothing more than two cargo airplanes to men Mr. Bout was “skeptical” were actually members of the FARC. Mr. Bout’s promises of tens of thousands of AK-47 rifles, millions of rounds of ammunition, hundreds of missiles, ultralightweight airplanes and other military equipment was simply “a con,” Mr. Dayan told jurors.
Mr. Smulian, the former associate of Mr. Bout’s who began cooperating with United States authorities shortly after his arrest with Mr. Bout in Bangkok, suggested in his testimony that Mr. Dayan’s defense was completely erroneous. Plans had been set in motion, he said, for a lucrative, long-term relationship among him, Mr. Bout and the FARC that extended far beyond arms dealing and into military training, money laundering and even political support.


Throughout the trial, prosecutors said they had needed to prove merely that such a “criminal agreement” had existed between Mr. Bout and Mr. Smulian, and that subsequent action or even an actual pact with the men posing as FARC was irrelevant.
Mr. Smulian, who pleaded guilty in 2008 to conspiring to sell arms with Mr. Bout, was among seven witnesses, including a Drug Enforcement Administration agent, a computer forensics expert and two undercover informants, who testified for the prosecution. Mr. Dayan criticized Mr. Smulian’s testimony as “a dog-and-pony show.” He said that Mr. Smulian — who had admitted in his testimony that he wished to get his sentence reduced for “substantial cooperation” with the government — was “a bad liar” who had masterminded the “fake FARC” deal, pushing it on Mr. Bout out of his own necessity for cash.
Mr. McGuire called Mr. Dayan’s defense strategy “a tap dance” that was “as dizzying as it is ridiculous.” He brushed aside Mr. Dayan’s core argument as mere assertion that withered in the face of what Mr. McGuire said was ultimately an “inconvenient truth” for Mr. Bout.
“He did everything to show them he could be a one-stop shop for the FARC,” Mr. McGuire said, underscoring Mr. Bout’s “numerous” incriminating actions during the sting operation. Mr. McGuire referred jurors to a recorded conversation from a meeting in Bangkok in which he said Mr. Bout had bragged to the supposed FARC members about the “5,000 weapons deliveries” he had executed in the past.
At the same time, Mr. McGuire applauded the investigation that led to Mr. Bout’s conviction by saying, “There was nothing political or improper” about it.
“It’s all over,” Mr. McGuire told jurors in his final rebuttal. “Viktor Bout is guilty of every count in the indictment.”
source : New York Times

Friday, June 10, 2011

Orang Asma Tidak Boleh Sembarangan Menarik Napas

Jakarta, Seseorang yang punya asma tidak bisa sembarangan bernapas saat beraktivitas berat misalnya olahraga, karena bisa memicu kekambuhan. Teknik yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, sama seperti yang dilakukan saat sedang bernyanyi.

Teknik pernapasan diafragma dilakukan dengan menarik napas dalam-dalam melalui hidung. Jika pada pernapasan biasa yang membusung adalah dadanya, dalam pernapasan diafragma yang membusung adalah bagian perut sementara posisi dada dan pundak tidak berubah.

Saat mengeluarkan napas, udara dihembuskan perlahan melalui mulut yang agak dikatupkan seperti sedang meniup lilin. Bagi yang tidak biasa, teknik ini agak berat jika dilakukan sambil berdiri sehingga disarankan untuk latihan dalam posisi duduk terlebih dahulu.

dikutip dari : detikhealth.com
"Untuk orang asma, pernapasan diafragma lebih dianjurkan karena bisa mengambil oksigen lebih banyak," ungkap dr Anita Ratnawati, SpKFR(K), spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, pakar senam asma dari RS Persahabatan dalam talk show You Can Control Your Asthma di RS Persahabatan, Rawamangun, Kamis (9/6/2011).

Diafragma adalah lapisan yang membatasi rongga dada dengan rongga perut. Lapisan ini cukup elastis dan mampu menciptakan rongga yang lebih besar untuk menampung udara, dibandingkan dengan rongga yang terbentuk oleh pergerakan tulang iga saat dada membusung.

Menurut dokter yang gemar menyanyi ini, teknik pernapasan perut atau diafragma sering dipakai oleh para penyanyi. Karena volume oksigen yang masuk lebih banyak, penyanyi tidak akan sesak napas meskipun lagunya tidak banyak memiliki jeda untuk mengambil napas.

Teknik ini juga diajarkan kepada para penyandang asma melalui senam asma yang diselenggarakan secara rutin di RS Persahabatan Jakarta tiap hari Minggu pukul 07.00 WIB. Melalui teknik pernapasan yang benar, risiko serangan asma saat beraktivitas bisa dikurangi.

Tuesday, June 7, 2011

Gerhana Bulan Total 16 Juni Baik untuk Menguji Kualitas Atmosfer Bumi

Jakarta - Pada Kamis 16 Juni nanti, gerhana bulan total akan menjadi pemandangan sangat menarik karena bisa disaksikan dengan mata telanjang. Fenomena alam ini juga bisa digunakan mengukur kualitas atmosfer di atas wilayah di mana kita berdiam.

"Sangat menarik, dari gerhana ini bisa menggambarkan bagaimana kualitas atmosfer di bumi," ujar profesor riset bidang astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (7/6/2011).

Kalau atmosfernya bersih, imbuhnya, mulai dari gerhana bulan sebagian, terlihat batas yang jelas antara bayangan bumi dan permukaan bulan yang sedang purnama itu.

"Terlihat masih jernih (batasan bayangan bumi dan bulan purnama), bayangan bumi di permukaan bulan terlihat gelap," jelasnya.

Sebaliknya, jika atmosfer tersebut kualitas udaranya jelek, maka saat memasuki gerhana bulan sebagian, bayangan bumi yang seharusnya gelap itu terlihat merah. Begitu pula jarak antara bayangan bumi dan permukaan bulan purnama, terangnya berpendar kemerahan dan tidak tegas.

Atmosfer yang kotor itu, Thomas menjelaskan, karena faktor letusan gunung berapi yakni partikel-partikel debu vulkanik yang mencapai lapisan stratosfer.

"Seperti Merapi dulu. Merapi pun sebenarnya kurang berpengaruh, yang pernah terjadi itu setelah letusan Gunung Tambora, ada gerhana bulan total," kata dia.

Sedangkan polusi kendaraan bermotor seperti yang terjadi di Jakarta, tidak akan berpengaruh banyak.

"Kami belum bisa memprakirakan kondisi gerhana malam Kamis nanti seperti apa, apa beberapa letusan gunung berapi akhir-akhir ini memberikan pengaruh, ini menarik untuk diamati," jelasnya.

Gerhana bulan total akan terjadi pada 16 Juni dini hari. Thomas memaparkan gerhana bulan sebagian akan dimulai pada pukul 01.23 WIB hingga pukul 05.02 WIB, dalam rentang waktu itu akan terjadi gerhana bulan total mulai pukul 02.22 WIB sampai pukul 04.03 WIB. Gerhana bulan total ini bisa dilihat dengan mata telanjang di seluruh Indonesia.

Selain pada 16 Juni, fenomena alam yang sama juga terjadi pada 10 Desember 2011. Untuk gerhana bulan total pada Desember 2011, terjadinya pada lepas Isya Yaitu pada pukul 19.46 WIB sampai pukul 23.18 WIB. Sedangkan puncak gerhana bulan total, terjadi pada pukul 21.06 WIB hingga pukul 21.57 WIB.

dikutip dari : detiknews.com

Monday, June 6, 2011

Tablet Windows 8 Tantang iPad & Android

Jakarta - Microsoft telah mendemonstrasikan untuk kali pertama seperti apa generasi baru sistem operasinya yang berkode nama Windows 8. Dengan Windows 8, mereka pun siap menghadirkan perlawanan signifikan terhadap tablet Apple iPad dan Android.

Tak seperti Windows 7 yang kurang cocok dipakai di tablet, Windows 8 dianggap sebagai OS bersahabat untuk tablet. Ini antara lain tampak dari cara penggunaannya yang mirip OS Windows Phone 7, dengan tampilan menu berupa ubin yang memudahkan akses dengan sentuhan.

Tablet Windows 8 pun diharapkan menyamai performa tablet pesaing yang sudah beredar di pasar. Di antaranya browsing web dengan kecepatan tinggi, grafis yang tajam serta lihai memainkan game touchscreen.

Microsoft sendiri menolak menginformasikan kapan tablet Windows 8 beredar. Namun para analis yakin saat ini mereka sedang sibuk mempersiapkan perangkat tersebut.

"Windows 8 bisa diharapkan akan familiar dengan platform Windows Phone," kata analis teknologi Rob Enderle yang detikINET kutip dari FoxNews, Senin (6/6/2011).

Bukan perkara mudah memang bagi Microsoft untuk menandingi tablet yang sudah malah melintang, terutama iPad. Tablet yang laris bak kacang goreng ini sukar digoyang meski Microsoft memiliki sumber daya besar untuk melawannya.

"Apple membuat tablet jadi populer karena mereka menciptakan software yang beberapa generasi di atas Windows dalam kemudahan penggunaan. Microsoft harus mengubah user interface Windows secara dramatis untuk sukses di tablet," ucap Ken Dulaney, analis di Gartner.

Salah satu kunci untuk sukses bagi Microsoft barangkali adalah ekosistem aplikasi yang berkualitas untuk perangkat tabletnya. Tablet Windows 8 kabarnya akan diungkap menjelang akhir tahun 2011 atau di tahun 2012.

dikutip dari : detikinet.com

Monday, May 30, 2011

Bisnis Online, Pay To Click (PTC)

Pay To Click (PTC) adalah salah satu bisnis online yang belakangan ini sangat digemari dan digunakan oleh sebagian orang di dunia, termasuk Indonesia. Dengan memanfaatkan ketersediaan waktu, seseorang dapat dengan mudah mendapatkan income tambahan, hanya dengan mendaftarkan dirinya pada beberapa situs PTC, baik di luar maupun dalam negeri. Lalu, apa saja yang mereka lakukan?

Hanya dengan bermodalkan waktu dan tenaga yang sedikit, yaitu dengan mengklik iklan yang ada dalam situs PTC yang Anda daftarkan. Berikut adalah beberapa contoh situs PTC yang saat ini banyak digemari oleh orang banyak serta telah membuktikan bahwa situs PTC tersebut membayar.








Ayo, segera daftarkan diri Anda!
kapan lagi Anda akan mendapatkan uang tambahan hanya dengan menyisihkan waktu sekejap saja.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code